Senin, 18 April 2016

Perkembangan Bisnis Perusahaan Elektronik Dalam Era Globalisasi di Indonesia !!!



Artikel ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah IT Mangement dalam usaha saya menempuh pendidikan Sarjana (S1)  Jurusan Sistem Informasi di kampus STMIK Indonesia. Artikel ini dibuat bukan untuk menyudutkan atau menyinggung pihak mana pun, murni untuk menyelesaikan tugas Sebelumnya apabila ada yang merasa tidak nyaman atas artikel ini saya sampaikan permohonan maaf yang sebesarnya.

Artikel pertama kali ini akan membahas tentang eksistensi beberapa perusahaan “Merk” yang bergerak dalam bidang elektronik namun memiliki segmentasi pasar yang sedikit berbeda diantara perusahaan tersebut. Yang dimaksud yakni Sony, Toshiba, Sharp, Panasonic dan Sanyo , sampai saat ini kelima Merk ini masih dapat kita jumpai keberadaan nya dalam persaingan pasar di Indonesia saat ini, dengan fokus atau prodak yang ditawarkan berbeda beda dari setiap merk seperti contoh Sony, Toshiba, Sharp, Panasonic dan Sanyo juga memiliki prodak seperti Mesin Cuci, AC, Kulkas, Audio, Televisi, Smartphone, Game Console, dll.

Seperti yang dibahas sebelum nya bahwa saat ini kita masih dapat menemukan beberapa prodak yang disebut kan diatas dalam persaingan pasar indusrti saat ini , namun tak dipungkiri bahwa saat ini sedang terjadi trend penurunan penjualan yang diakibatkan banyak factor internal dan eksternal, seperti hal nya sony yang dahulu sangat tenar dengan game console mereka yakni Playstation dari generasi 1 dan saat ini sudah mencapai generasi ke 4. Namun saat ini game console seperti ini sudah menurun angka peminat nya, walau sebenar nya prodak PS dari sony memiliki kualitas yang baik namun harga menjadi masalah utama dalam persaingan karena trend saat ini games banyak tumbuh di dalam device lain seperti smartphone, PC dan game online yang juga memiliki kualitas fisik sama dengan PS namun lebih murah karena tidak perlu membeli alat PS walaupun bagi sebagian kalangan bermain game dengan PS memiliki sensasi yang berbeda disbanding dengan device lain nya, dan juga di bidang lain yakni segementasi Handphone yang dahulu  Sony Berjaya dengan Sony Ericsson namun saat ini Sony dapat di overtake dalam penjualan khususnya saat teknologi baru dalam alat komunikasi ini banyak bermunculan, seperti dahulu muncul nya Blackberry hingga lahirnya sang penguasa baru yakni OS Android dengan berbagai merk terkenal walaupun Sony sempat melawan dengan melahirkan SmartPhone Sony Experia yang juga berbasis Android  namun nyatanya sang Experia masih kalah taji oleh prodak lain semisal Samsung ataupun pemain baru layaknya Oppo dan merk lainya.

Serupa tapi tak sama merk yang lainya yang disebutkan diatas yakni Toshiba, Sharp, Panasonic dan Sanyo juga memiliki nasib serupa, yakni turunya eksitensi mereka dalam persaingan di dalam ranah bisnis mereka, bahkan dikabarkan dan di hebohkan beberapa waktu lalu Panasonic dan Toshiba akan menarik diri dari Indonesia dan merumahkan pekerja mereka. Seperti berita yang saya kutip dari salah satu media online bahwa dikatakan “ Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menjelaskan Toshiba lebih dulu merumahkan ribuan pekerjanya di Cikarang, Bekasi. Pabrikan asal negara matahari terbit itu mempunyai enam pabrik. Namun, satu-persatu mulai angkat kaki dalam kurun 10 tahun terakhir. “ dan juga Said menegaskan manajemen Toshiba sepakat untuk menutup produksinya pada April 2016. Untuk itu, Said tengah melakukan negosiasi pesangon yang diwajibkan pemerintah.
"Dalam 10 tahun terakhir, ada 13 perusahaan Panasonic di Indonesia. Sebelumnya ada Panasonic komponen sudah ditutup, sekarang tinggal tiga, yakni Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI), Panasonic Energy Indonesia yang produksi baterai dan Panasonic Healthcare yang produksi alat kesehatan," kata dia.
Menurut dia, produk-produk elektronik sekarang ini lebih bersaing dibanding lima sampai 10 tahun lalu.

"Produk televisi Toshiba tidak laku lagi dalam lima tahun terakhir. Sebelumnya banyak yang beli. Itu karena daya beli masyarakat melemah akibat upah murah pemerintah," pungkas dia .
Dalam pernyataan ini menunjukan bahwa prodak sony dan Toshiba menurun kekutan persaingan mereka saat ini disbanding 5 sampai 10 tahun yang lalu yang menyebabkan mereka harus angkat koper dari bumi pertiwi , namun hal yang berbed di sampai kan oleh Presdir PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) Ichiro Suganuma mengatakan pertumbuhan penjualan barang elektronik Panasonic di Indonesia bahkan menjadi paling besar di antara perusahaan Panasonic lainnya di Asia Pasifik dalam 10 bulan terakhir. "(Panasonic Indonesia) Paling besar (pertumbuhan) omzetnya di Asia Pasifik," kata dia, Rabu (3/2).

Ia menjelaskan pada April 2015 sampai Januari 2016 penjualan elektronik Panasonic, terutama untuk produk elektronik rumah tangga mengalami peningkatan dua digit.
"Khususnya produk home appliances seperti AC, mesin cuci, kulkas, TV, (penjualan naik) hampir 30 persen naik," ujarnya.

Padahal, lanjut dia, pada 2015 pasar elektronik di dalam negeri mengalami penurunan antara 5-20 persen, bervariasi tergantung jenis produk. "Permintaan mesin cuci yang paling tidak begitu baik tahun lalu, persaingannya juga ketat," kata Suganuma.

Pertumbuhan yang sama juga dialami produksi barang elektronik di Indonesia, melalui PMI. Pertumbuhan produksi PMI yang antara lain merakit televisi dan lemari es, juga tumbuh dua digit. "Panasonic sangat optimis dan memiliki keyakinan besar pasar di Indonesia," ujar Suganuma.
Dalam keterangan  nya Presiden Direktur Presdir PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) Ini membantah bahwa terjadi penurunan daya saing mereka dalam industri elekronik hal ini bertolak belakang dengan yang disampaikan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal
Tetapi dalam artikel ini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa memang terjadi penurunan daya saing penjual oleh prodak – prodak tersebut, yang disebabkan oleh banyak factor baik internal dan eksternal yang berbeda-beda yang dialami oleh para perusahaan diatas tapi saya ingin men generalisir nya menjadi beberapa point yakni :

1.      Penurunan daya  beli masyarakat akibat perlambatan ekonomi yang terjadi.
2.      Munculnya Kompetitor yang lebih unggul dalam inovasi baru.
3.      Terjadinya moderinasasi dalam beberapa prodak yang menyaingi eksitensi prodak lama.
4.      Tak sanggupnya perusahaan bersaing dengan competitor dalam inovasi.
5.      Kenaikan atau mahalnya biaya produksi.
            
Jadi solusi terbaik untuk mengatasi masalah pada perusahaan diatas adalah dengan mengatasi factor”  diatas walaupun mungkin masih banyak factor lainya yang mempengaruhi nya selain yang saya sebutkan. Tapi yang terpenting adalah bagaimana perusahaan mampu mengatasi dan memenangkan  persaingan dengan cermat dan melahirkan teknologi baru yang lebih baik dari competitor nya saat ini dengan lebih inovatif sehingga dapat merebut kembali pasar yang ada, atau setidaknya mengikuti teknologi saat ini tetapi dengan sentuhan baru yabg lebih eksentrik dan menarik pasar, serta “menyehatkan” kondisi internal perusahaan untuk dapat terus bersaing.

Sumber: Merdeka.com

  

General Motors Corporation juga dikenal dengan GM, adalah sebuah perusahaan otomotif multinasional yang bermarkas di Renaissance Center di Detroit, Michigan, Amerika Serikat. GM mempunyai bisnis di 157 negara di seluruh dunia dan mempunyai pabrik di 31 negara. Saat ini, GM termasuk produsen mobil terbesar di dunia
Total, saat ini GM mempunyai 10 merek mobil: Baojun, B
Divisi Chevrolet dan GMC memproduksi truk, dan juga kendaraan penumpang lainnya. Merek lainnya termasuk ACDelco, Allison Transmission, dan General Motors Electro-Motive Division yang memproduksi lokomotif diesel-listrik. GM juga mempunyai bagian dalam Isuzu, Subaru, dan Suzuki di Jepang dan sebuah joint venture dengan AutoVAZ (Lada) di Rusia. Pada Desember 2003, GM membeli Delta di Afrika Selatan, di mana GM telah sebelumnya mengambil 45% bagian pada 1997, dan sekarang menjadi anak perusahaan yang dimiliki penuh, General Motors Afrika Selatan.
Pada 2001, GM menjual 8,5 juta kendaraan melalui seluruh cabangnya. Pada 2002, GM menjual 15% dari seluruh kendaraan dan truk di dunia. Mereka juga memiliki Electronic Data Systems dari 1984 sampai 1996 dan, sebelum menjualnya ke News Corporation, DirecTV. GM memiliki Frigidaire dari 1918 sampai 1979.

GM dengan 266.000 pekerja di seluruh dunia, termasuk 139.000 pekerja di AS, merupakan penghasil otomotif utama tidak saja di AS, tetapi juga di dunia. Berdiri pada 16 September 1908 di Flint, Michigan, AS, dengan produk mobil bermerek Buick, GM saat ini menjual sekitar 9,37 juta unit mobil per tahun di seluruh dunia pada tahun 2007.
Posisi GM sebagai perusahaan otomotif nomor satu dunia ini terancam oleh Toyota Motor Corp dari Jepang, yang pada tahun 2007 mencatat total penjualan di seluruh dunia hanya selisih 3.524 unit dibandingkan dengan total penjualan GM yang mencapai 9.369.524 kendaraan.
Tanggal 1 Juni 2009 menjadi sejarah penting bagi industri otomotif dunia. Industri otomotif terbesar di dunia, GM (General Motors), jatuh bangkrut dan terpaksa harus menjadi pengemis meminta bantuan pemerintah AS, ambruk diterpa badai krisis keuangan yang dipicu tumbangnya perusahaan sekuritas Lehman Brothers, September 2008 lalu.

Lalu mengapa sang goliat otomotif itu bisa jatuh dengan mudah?

Sebabnya  . Karena sang GM  gagal menciptakan produk inovatif yang sesuai dengan permintaan pasar. Perusahaan otomotif Amerika yang dikenal dengan istilah Big Three (GM, Ford dan Chrysler) kalah selangkah (atau beberapa langkah?) dari perusahaan otomotif Jepang seperti Toyota dan Honda,
yang telah melahirkan produk ramah lingkungan seperti mobil hibrid.   Toyota pertama kali mengeluarkan produk mobil hibrid Prius pada tahun 1996, dan sekarang teknologi hibrid telah diperluas ke produk lain seperti kendaraan keluarga Estima, sedan Camry, dan bahkan merk mewah seperti Lexus. Dengan teknologi hibrid, mobil Prius bisa menghemat pemakaian bensin dengan efisiensi 30km per liter. Sementara GM  masih  bermain di mobil SUV dan pick-up truk yang berbodi besar, bermesin besar dan sekaligus boros energi. Mobil GMC Sierra misalnya hanya memiliki efisiensi pemakaian bahan bakar maksimum 6 km per liter.

Bagi GM sendiri, fokus ke produksi mobil besar ini bukan tanpa alasan. Mobil besar ini sangat digemari orang Amerika mengingat jalanan yang lebar, serta mampu mengangkut barang-barang besar, sangat ‘macho’ untuk pamer kekuatan. Selain itu keuntungan yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan mobil kecil yang ditekuni perusahaan otomotif Jepang. Ditambah lagi, GM tidak harus mengeluarkan dana yang besar untuk R&D teknologi dan produk terbaru. Namun rupanya GM kurang awas dengan tren perkembangan dunia yang semakin menginginkan produk yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan. Tamparan awal terjadi sewaktu harga bbm dunia naik bahkan mencapai harga lebih dari 100 dolar US per barel. Terpaan semakin menjadi-jadi ketika terjadi krisis kredit rumah murah. Puncaknya terjadi ketika Lehman Brothers hancur, diikuti beberapa perusahaan keuangan lainnya. Maka penjualan GM selalu turun setiap bulan secara konsisten.
Data menunjukan bahwa penjualan produk otomotif GM mengalami penurunan seperti :
Pada semester I-2008, GM mencatat kerugian 18,7 miliar dollar AS. GM juga mencatat kerugian 38,7 miliar dollar AS tahun 2007.

Kerugian ini tak lepas dari penurunan penjualan. Sepanjang tahun 2008 sampai Juni, GM mencatat penurunan penjualan secara global sebesar 2,9 persen. Penjualan di AS juga turun 17,6 persen.
Per Oktober tahun 2007, total penjualan mobil GM di AS mencapai 3,28 juta unit. Namun, pada Oktober 2008, total penjualan mobil keluaran GM di AS hanya 2,6 juta unit.
Kerugian dan penurunan penjualan ini membuat harga saham GM terus merosot dari 28,98 dollar AS per lembar pada 1 Februari 2008 menjadi hanya 2,92 dollar AS per lembar pada hari Selasa (18/11). Harga saham GM ini merupakan yang terendah sejak tahun 1943.
Sekali lagi membuktikan bahwa persaingan dalam dunia bisnis ini sangat ketat dan kejam, bagaimana ditunjukan oleh GM perusahaan besar ini yang berdiri sudah 100 tahun harus tumbang akbat minim nya inovasi dan tidak melihat ancaman pasar pesaingnya dan hanya terfokus untuk melahap pasar domestic mereka dengan prodak yang tradsional tanpa melihat kekuatan baru dan inovasi baru yang dikembangkan oleh para kompetitornya. Untuk menyehatkan kembal perusahaan ini bukan hal yang mudah dikarenakan krisis kronis di dalam tubuh perusahaan ini harus terlebih dahul diatasi dan setelah tu mereka harus setidaknya untuk belajar dan menemukan produk yang lebih inovatif sesuai kemauan pasar dunia bukan hanya domestic dan mengembangkan teknologi bagi otomotif dunia untuk mengembalikan masa kejayaan mereka saat ini.

Sumber : Wikipedia
    otomotif.tempo

Kehadiran Pabrikan Asal Negeri Tirai Bambu beserta Gelontoran Produk terbarunya ke Pasar Indonesia memang akhir-akhir ini mulai memudar, Setelah sempat booming era 2000-an silam berkat kehadiran Motor Cub/Bebek “Jiplakan” Produk Jepang.
Dari segi design memang sangat mirip dengan pabrikan motor jepang atau  produk terkenal lainya namun dari segi kualitas mesin dapat dikatakan bahwa motor asal cina masih dibawah dari pabrikan jepang bahkan dari segi kualitas finishing dan ketahanan juga motor china ini masih patut untuk dipertanyakan kerena masih diragukan tingkat kualitas nya dibandingkan motor jepang  atau pabrikan lainya.
Berikut beberapa merk motor asal pabrikan china yang sempat masuk ke pasar  Indonesia :

1.      Jialing
2.      Viva Motor
3.      Kaisar Motor
4.      APP KTM
5.      Kymco/Benson

            Dan ada beberapa pabrikan motor lainya yang bukan murni buatan negeri tirai bambu ini namun hanya menyuplai part-part nya ke beberapa pabrikan motor. Diawal 2000an motor asal china sempat menggebrak pangsa pasar Indonesia, dikarenakan pada awal launching nya merk-merk motor  ini memiliki beberapa keunggulan yakni :

1.      Design modern serupa tapi tak sama dengan pabrikan motor terkenal
2.      Harga yang  jauh lebih murah dibanding para competitor
3.      Promosi yang intens bagi pembeli
4.      Menawarkan alternative sepeda motor konvensional lainya

Namun pada akhir-akhir ini pabrikan asal china mulai tenggelam dengan eksistensi keberadaan motor nya yang mulai jarang ditemui di pasar domestic Indonesia, hal ini dapat kita kaji Sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap produk negeri kungfu ini. Bahwa selama ini  pelanggan merasa kecewa dengan kualitas dan pelayanan yang diberikan oleh merk-merk tersebut dapat kita generalisir bebrbagai sebab hilangnya konsumen yakni :

1.                  Kualitas part yang kurang bagus
2.                  Pelayanan after sales yang mengecewakan
3.                  Jarang nya spare part untuk pengganti jika motor ini rusak
4.                  Harga jual kembali yang ambles
5.                  R&D yang tidak berjalan dan dapat dibilang hanya copy paste saja

Dari berbagai alasan diatas yang lebih mengkhawatirkan bahwa sepertinya pabrikan asal china ini seperti menjual prodak saja karena secara 1 per 1 pabrikan mulai angkat kaki dan meninggalkan para konsumen nya. Sehingga menimbulkan kekecewaan bagi para konsumen juga memberikan nama buruk prodak china. Sulit untuk ot omotif china untuk bangkit kembali di Indonesia karena sudah terlanjur buruk dimata konsumen tercatat hanya jialing yang masih ada di Indonesia. Karena jika memang china ingin serius menggarap maka mereka harus memperbaiki prodak mereka mulai dari kualitas, pelayanan, teknologi, memperluas jaringan dan bila perlu mendirikan pabrik di Indonesia atau menyediakan pelayanan dan jaringan konsumen seperti pabrikan jepang.

Demikian yang dapat kami paparkan dalam artikel kali ini, tentunya masih banyak kekurangan didalam artikel yang kami buat dan semoga bermanfaat bagi yang membacanya serta menambah wawasan bagi kalian yang membacanya.

Sumber : EA’s Blog

               Google